Monday, 8 May 2017

contoh karya tulis perubahan warna air di telaga warna dieng


FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN WARNA AIR
DI TELAGA WARNA KAWASAN PEGUNUNGAN DIENG


KARYA TULIS
Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Kurikuler
Kelas XI Program IPA SMA Negeri Tanjungkerta
Tahun Pelajaran 2014/2015

Oleh :
KELOMPOK VII
1.      ERGI MOCH.RIZKI                   NIS . 131410034
2.      MULYADI SOLEH                    NIS . 131410012
3.      MUTIA NURWULANDARI      NIS . 131410043
4.      NURUL AMALIA                      NIS . 131410017
5.      RITA KURNIA                           NIS . 131410067
6.      WILI INGGAR                            NIS. 141511129




SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI TANJUNGKERTA
KABUPATEN SUMEDANG
2015


 
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang kiranya patut penulis ucapkan, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis ini. Dalam laporan Karya Tulis ini penulis menjelaskan mengenai “Fenomena alam tentang perubahan warna air di Telaga Warna kawasan Pegunungan Dieng Kabupaten Wonosobo”. Laporan karya tulis ini dibuat dalam rangka menyelesaikan program dari sekolah untuk siswa kelas XI.
Penulis menyadari, dalam laporan karya tulis ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya waktu, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Namun demikian banyak pula pihak yang membantu dengan menyediakan narasumber dan memberikan masukan pikiran. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Demi kebaikan dan kesempurnaan laporan Karya Tulis ini di waktu yang akan datang. Semoga laporan Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.


Tanjungkerta, 16 April 2015



Penyusun

                                                                                     



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB  I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C.     Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
D.    Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 3
BAB II    LANDASAN TEORITIS
A.    Jenis dan Bentuk Kawah Akibat Erupsi Gunung Berapi ................... 5
B.     Latar Belakang Perubahan Warna ................................................. .... 10
BAB III   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil ............................................................................................... .... 11
B.     Pembahasan ................................................................................... .... 11
BAB IV   KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan .................................................................................... .... 17
B.     Saran .............................................................................................. .... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19
LAMPIRAN ............................................................................................................. 20





BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, memiliki beberapa tempat wisata, salah satunya di kawasan dataran tinggi Dieng atau sering dikenal dengan Pegunungan Dieng. Di kawasan Pegunungan Dieng terdapat beberapa tempat wisata diantaranya: Telaga Warna, Teater Dieng Plateu, Kawah Sikidang, Candi Pandawa, dan lain sebagainya.
Salah satu objek wisata yang cukup menarik dari kawasan wisata pegunungan Dieng yaitu, kawasan wisata telaga warna. Adapun banyak telaga warna di Indonesia, contohnya kawasan telaga warna di puncak Bogor(dekat perkebunan teh PTP VII Gunung Mas), Telaga Pengilon dan lain sebagainya.
Telaga warna terbentuk akibat dari proses alamiah yang merupakan bentukan dari alam itu sendiri. Telaga terbentuk dari peristiwa alam yaitu dari aktifitas gunung berapi, yang sedemikian hingga membentuk sebuah kawah. Kemudian setelah gunung berapi meletus kawah tersebut sudah tidak aktif lagi sebagai tempat penampungan lava panas dari magma gunung berapi sehingga kawah tersebut hanya menampung air hujan atau dari sumber mata air lainnya.
Di dalam gunung berapi salah satunya memiliki unsur kandungan yang disebut sebagai belerang. Belerang memiliki simbol S (Sulfur) dengan nomor atom 16 dan memiliki nomor masa 32. Belerang memiliki efek terhadap perubahan warna yang terjadi di dalam air karena di dalam telaga, belerang akan bercampur dengan lumut dan tumbuhan–tumbuhan lunak di dalamnya. Sehingga ketika terkena sinar matahari air tersebut dapat berubah warna karena di dalamnya mengandung unsur belerang.
Berdasarkan dasar pemikiran yang telah dipaparkan di atas maka kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor Penyebab  Perubahan Warna Air di Telaga Warna Kawasan Pegunungan Dieng”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dibahas oleh peneliti adalah “Apa yang menyebabkan warna air telaga di pegunungan Dieng dapat berubah-ubah?”

C.  Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti menetapkan tujuan penelitiannya adalah ingin mengetahui faktor-faktor penyebab warna air di telaga pegunungan Dieng dapat berubah–ubah.







D.                Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.                  Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif ialah suatu metode penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif untuk menggambarkan fenomena yang ada. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis  fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
2.                  Teknik Pengumpulan Data
a.                  Observasi
Observasi adalah objek, kejadian, atau fenomena tertentu. Kejadian observasi itu dilakukan dengan terjun langsung atau melibatkan diri kedalam objek, peristiwa, dan fenomena yang diamati. Proses observasi haru dilakukan dengan sadar(terencana) dan terukur. Teknik pengumpulan data berupa observasi untuk mengumpulkan data berupa foto-foto dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti.
b.                  Wawancara
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber yaitu pemandu wisata “tourguide wisata” Dieng yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara penyusunan karya tulis. Untuk memperlancar teknik wawancara, peneliti telah menyusun daftar pertanyaan dan jawaban yang terkait dengan objek penelitian (bukti tanya-jawab terlampir).

c.                   Analisis Media Masa
Teknik pengumpulan data yang terakhir berupa kajian atau studi pustaka yang dilakukan peneliti dengan cara mengunduh file-file dari alamat-alamat WEB di internet. Selain itu peneliti juga melakukan kajian dari beberapa buku sumber, baik yang terdapat di perpustakaan sekolah ataupun buku-buku milik pribadi.



 
BAB II
LANDASAN TEORITIS

    A.    Jenis Dan Bentuk Kawah Akibat Erupsi Gunung Berapi
Bentuk Muka Bumi Akibat Tenaga Vulkanik-Aktivitas vulkanik berkaitan dengan keberadaan magma di dalam Bumi. Isi Bumi yang berbentuk cair ini mengandung batuan dan gas dengan suhu yang sangat tinggi. Oleh karena suhu yang sangat panas membuat magma bergejolak hingga mampu meretakkan, menggeser, dan menyusup ke lapisan Bumi diatasnya. 
Gejala vulkanik terjadi karena penyusupan magma. Aktivitas magma tersebut mampu mengubah bentuk muka Bumi menjadi berbagai bentuk, sekaligus memengaruhi kehidupan manusia. Salah satu akibat kegiatan vulkanik adalah gunung api, yang mempunyai bentuk kerucut. Pada sisi lerengnya terdapat jurang-jurang yang merupakan jalan air atau lava menuju lembah. Kebanyakan gunung di Indonesia berupa gunung api.

1.      Aktivitas Magma
Gunung api terbentuk oleh proses intrusi dan ekstrusi magma dari lapisan dalam kulit Bumi. Setelah sampai di permukaan Bumi, magma pijar yang keluar kemudian membeku dan membentuk timbunan. Magma keluar melalui proses letusan atau erupsi gunung api. Apabila erupsi sering terjadi, magma akan membentuk lapis-lapis timbunan yang membuat gunung api bertambah semakin tinggi.
Gambar 2.0: Erupsi Gunung Berapi
  a. Intrusi Magma
      Intrusi magma atau disebut juga plutonisme, merupakan pergerakan magma memasuki celah-celah kulit bumi, namun tidak sampai naik ke permukaan. Intrusi magma dapat menyebabkan terbentuknya bagian-bagian bumi sebagai berikut:
1)      Keping intrusi atau sill yakni magma beku yang bentuknya lebar namun tipis, mendatar berada di antara lapisan sedimen.
2)       Batolit, yakni dapur magma beku yang tidak beralas.
3)      Lakolit, yakni magma yang berada di antara dua lapisan batu dengan bentuk cembung dengan alas mendatar.
4)      Korok atau gang, yakni magma beku yang posisinya memotong lapisan sedimen secara vertikal.
5)       Apofisa, yakni cabang atau gumpalan dari korok.



Gambar 2.1: Erupsi Gunung Berapi
       b. Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma merupakan pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan bumi. Kita dapat menyaksikan peristiwa alam ini melalui letusan gunung berapi. Ekstrusi magma berdasarkan materi yang dikeluarkan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)      erupsi eksplosif, yakni keluarnya magma dengan cara terlempar dengan materi relatif padat,
2)      erupsi effusif, yakni magma keluar dengan cara meleleh dan bentuk materi cair, dan
3)      erupsi campuran, yakni keluarnya materi padat dan materi cair secara bergantian.
      Peristiwa vulkanisme dapat mengubah kulit bumi sehingga terdapat bentuk permukaan bumi yang seperti cekungan. Pada gunung berapi, cekungan ini akan berbentuk seperti mangkuk yang menampung lava, kita menyebutnya kawah. Kawah yang tidak terdapat di puncak gunung dan berukuran sangat luas disebut kaldera. Berdasarkan tempat keluarnya magma ke permukaan bumi proses ekstrusi atau erupsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a.      



Erupsi sentral, yaitu magma keluar dengan cara memusat pada sebuah titik seperti kawah atau kepundan gunung api.

Gambar 2.2: Erupsi Sentral




b.       Erupsi linear, yaitu magma keluar melewati jalur patahan tanah yang memanjang sehingga tampak   seperti garis yang memanjang.

Gambar 2.3: Erupsi Linear
c.      



Erupsi areal, yaitu magma keluar ke permukaan bumi di areal yang luas karena dapur magmanya    sangat dangkal.
Gambar 2.4: Erupsi Areal




     B.     Perubahan Warna Air di Telaga
Telaga warna terbentuk akibat dari proses alamiah yang merupakan bentukan dari alam itu sendiri. Telaga terbentuk dari peristiwa alam yaitu dari aktifitas gunung berapi, yang sedemikian hingga membentuk sebuah kawah. Kemudian setelah gunung berapi meletus kawah tersebut sudah tidak aktif lagi sebagai tempat penampungan lava panas dari magma gunung berapi sehingga kawah tersebut hanya menampung air hujan dan atau dari sumber mata air lainnya.
Di dalam gunung berapi salah satunya memiliki unsur kandungan disebut sebagai belerang. Belerang memiliki simbol S (Sulfur) dengan nomor atom 16 dan memiliki nomor masa 32. Belerang memiliki efek terhadap perubahan warna yang terjadi di dalam air karena di dalam telaga, belerang akan bercampur dengan lumut dan tumbuhan–tumbuhan lunak di dalamnya. Sehingga ketika terkena sinar matahari air tersebut dapat berubah warna karena di dalamnya mengandung unsur belerang.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, kami telah mendapatkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan warna air di Telaga Warna sebagai berikut:

1.      Faktor kandungan unsur belerang dalam air telaga.
2.      Jenis dan keberadaan tumbuhan lumut yang terdapat dalam telaga.
3.      Intensitas sinar matahari.

B. Pembahasan
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non logam yang tidak berasa. Belerang dalam bentuk aslinya adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Dialam belerang dapat di temukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Belerang adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Salah satu penggunaan umum belerang adalah dalam pupuk. Selain itu, belerang juga digunakan dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida. Senyawa ini merupakan gas beracun dengan bau menyengat yang dilepaskan oleh gunung berapi dan beberapa pemrosesan Industri. Karena batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa belerang, hasil pembakarannya juga menghasilkan gas belerang dioksida walaupun senyawa belerangnya telah dipisahkan dulu sebelum di bakar. Oksidasi lanjut dari SO2 dibantu oleh katalis seperti NO2, akan membentuk H2SO4, sehingga akan membentuk hujan asam. Belerang dipercaya memiliki banyak manfaat untuk kulit, zat yang ada pada belerang bukanlah zat kimia yang dapat membahayakan kulit, melainkan mineral alami yang sangat baik untuk kesehatan kulit. Kandungan mineral pada belerang sama dengan mineral yang terdapat pada air yang bersumber pada mata air pegunungan. Karena belerang terdapat didalam dasar air, sehingga ketika belerang yang ada didalam air yang terkena sinar matahari, warna air itu akan berubah.
            Proses reaksi belerang: S + O2 à SO2àH2SO4
Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam bryophytina lumut. Tumbuhan ini sudah menunjukan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar organ penyerap haranya adalah rizoid (serupa akar). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor yang tumbuh disuatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Tumbuhan ini juga dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup dilingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada umumnya. Manfaat tumbuhan lumut sebagai ornamen tata ruang. Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir dan mampu menyerap air pada musim kemarau. Tumbuhan lumut juga dapat menyebabkan warna air telaga berubah-ubah karena tersinari oleh matahari.
            Proses reaksi fotosintesis tumbuhan lumut:

Sinar matahari atau radiasi matahari adalah sinar yang berasal dari matahari. Tanaman menggunakan cahaya matahari untuk berfotosintesis dan membuat makanan. Tanpa cahaya matahari takan ada kehidupan di bumi. Tanaman memerlukan cahaya matahari tumbuhan hijau. Dengan air tanpa cahaya matahari, tanaman akan tumbuh dengan cepat, namun akan terlihat kuning dan kekurangan air, meskipun saat disentuh, daunnya teraba amat basah. Sinar matahari juga dapat mengakibatkan seolah-olah warna dalam air berubah-ubah.
            Temperatur air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme dari makhluk hidup air (Djangkaru, 1974). Welch (1952) mengatakan bahwa kisaran temperatur yang dapat ditolerir oleh organisme akuatik adalah 20 – 30 °C. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa temperatur air berkisar antara 26 – 28 °C, temperatur yang diperoleh tersebut tergolong sangat baik untuk proses pertumbuhan dan perkembangan ikan nila gift. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rachmatun (1993), bahwa temperatur yang optimal untuk ikan nila gift adalah 25 – 30 °C. Susanto (1991) menambahkan bahwa perbedaan temperatur antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5 °C, apalagi jika sampai mendadak atau drastis, ikan akan mengalami stress dan akibatnya nafsu makannya berkurang.

            Toleransi organism terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti misalnya aktivitas fotosintesa dan biologi, suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya anion dan kation, jenis dan stadia organisme. Jenis-jenis Celeptera merupakan taksa yang mampu hidup pada tempat yang mempunyai kisaran pH yang lebar (Hawkes, 1979). Selain melihat kelimpahan dari plankton, tempat tersebut dapat dilihat dari spesies ikan yang hidup didaerah tersebut karena Ikan dapat bertahan hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH tinggi) dengan pH 5-9.
 
            Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor yang mempengaruhi komunitas perairan. Oksigen terlarut dalam air merupakan penambahan oksigen dalam air lalu tercampur dan membentuk O2 terlarut didalam perairan tersebut. Secara umum organisme bentos tidak dapat hidup dengan kadar rendah, kecuali cacing tubifek dan larva nyamuk. Kandungan terlarut yang rendah akan mereduksi jumlah spesies invertebrate. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk biota air minimal sebesar 5 ppm (Ismail dan Mohanimed, 1992 dalam Akhirani, 2004). Kandungan O2 terlarut yang rendah dalam perairan dapat mengakibatkan stres fisiologik pada biota perairan, sehingga meningkatkan aktivitas respirasi, sedangkan kandungan O2 terlarut yang tinggi dalam perairan dapat mengakibatkan ion - ion logam bebas yang terlarut dalam air akan lebih banyak terbentuk (Connel & Miller, 1995). Selain melihat kelimpahan dari plankton, tempat tersebut dapat dilihat dari spesies ikan yang hidup didaerah tersebut karena Ikan dapat bertahan hidup di perairan dengan Kandungan oksigen (O2) terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan ikan adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran adalah 9-20 ppm.


                        Warna air di telaga warna pegunungan dieng terdapat dua macam warna yang timbul, diantaranya:
1.      Warna hijau
Warna hijau terjadi akibat, di dalamnya terdapat tumbuhan lumut yang sangat banyak dan sinar matahari yang kurang terik.


2.      Warna biru
Warna biru terjadi karena, di dalamnya terdapat tumbuhan lumut yang sedikit dan sinar matahari yang kurang terik.




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

      A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil rumusan masalah kami dapat menyimpulkan bahwa perubahan warna air pada telaga warna Dieng akibat dari beberapa faktor alam, diantaranya: faktor kandungan belerang dalam air telaga warna Dieng yang menyebabkan warna air berwarna kuning, faktor jenis dan keberadaan tumbuhan lumut pada telaga warna Dieng karena tumbuhan lumut banyak jenisnya dan seberapa banyak tumbuhan lumut itu akan menyebabkan warna air berubah-ubah, dan faktor intensitas sinar matahari karena sinar matahari sangat mempengaruhi perubahan warna air pada telaga warna Dieng, jika sinar matahari kurang menyengat tidak akan ada perubahan warna yang sangat jelas.

    B.     Saran
Sehubungan dengan penelitian ini data yang didapatkan dari narasumber (pemandu wisata) masih dipandang kurang lengkap menurut peneliti.
Maka kami menyarankan untuk peneliti selanjutnya tidak hanya menanyakan pada pemandu wisata saja, bisa kepada narasumber yang terkait dengan objek penelitian atau dari pihak-pihak yang terkait dan dari perhutani di wilayah Wonosobo.



DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Warna_%28Dieng%29 diunduh pada tanggal 15 februari 2015

http://Id.m.wikipedia.org/wiki/belerang_dioksida. Diunduh pada tanggal 25 februari 2015
Irwan, D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem & Komunitas Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
(Bambang Utoyo dalam http://id.wikipedia.org/wiki/telaga). Diunduh pada tanggal 27 februari 2015
http://Id.m.wikipedia.org/wiki/Belerang, diunduh tanggal 16 april 2015
http://id.m.wikipedia.Org/wiki/tumbuhan_lumut, diunduh tanggal 16 april 2015
http://id.m/wikipedia.Org/wiki/sinar_matahari, diunduh tanggal 16 april 2015






LAMPIRAN
Gambar 2.5: Gambar Warna Air Di Telaga Warna

Gambar 2.6: Gambar Telaga Warna Dieng

No comments:

Post a Comment