FAKTOR
PENYEBAB PERUBAHAN WARNA AIR
DI
TELAGA WARNA KAWASAN PEGUNUNGAN DIENG
KARYA TULIS
Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Kurikuler
Kelas XI Program IPA SMA Negeri Tanjungkerta
Tahun Pelajaran 2014/2015
Oleh :
KELOMPOK VII
1.
ERGI
MOCH.RIZKI NIS . 131410034
2.
MULYADI
SOLEH NIS . 131410012
3.
MUTIA
NURWULANDARI NIS . 131410043
4.
NURUL
AMALIA NIS . 131410017
5.
RITA
KURNIA NIS . 131410067
6.
WILI
INGGAR NIS.
141511129
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI TANJUNGKERTA
KABUPATEN SUMEDANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang kiranya patut penulis
ucapkan, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
Karya Tulis ini. Dalam laporan Karya Tulis ini penulis menjelaskan mengenai
“Fenomena alam tentang perubahan warna air di Telaga Warna kawasan Pegunungan
Dieng Kabupaten Wonosobo”. Laporan karya tulis ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan program dari sekolah untuk siswa kelas XI.
Penulis menyadari,
dalam laporan karya tulis ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan terbatasnya waktu, pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.
Namun demikian banyak pula pihak yang membantu dengan menyediakan narasumber
dan memberikan masukan pikiran. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran. Demi kebaikan dan kesempurnaan laporan Karya Tulis ini di waktu yang
akan datang. Semoga laporan Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tanjungkerta,
16 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan
Penelitian ................................................................................ 2
D. Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 3
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Jenis
dan Bentuk Kawah Akibat Erupsi Gunung Berapi ................... 5
B. Latar
Belakang Perubahan Warna ................................................. .... 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
............................................................................................... .... 11
B. Pembahasan
................................................................................... .... 11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
.................................................................................... .... 17
B. Saran
.............................................................................................. .... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19
LAMPIRAN ............................................................................................................. 20
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten
Wonosobo Provinsi Jawa Tengah, memiliki beberapa tempat wisata, salah satunya
di kawasan dataran tinggi Dieng atau sering dikenal dengan Pegunungan Dieng. Di
kawasan Pegunungan Dieng terdapat beberapa tempat wisata diantaranya: Telaga
Warna, Teater Dieng Plateu, Kawah Sikidang, Candi Pandawa, dan lain sebagainya.
Salah satu objek
wisata yang cukup menarik dari kawasan wisata pegunungan Dieng yaitu, kawasan
wisata telaga warna. Adapun banyak telaga warna di Indonesia, contohnya kawasan
telaga warna di puncak Bogor(dekat perkebunan teh PTP VII Gunung Mas), Telaga
Pengilon dan lain sebagainya.
Telaga warna
terbentuk akibat dari proses alamiah yang merupakan bentukan dari alam itu
sendiri. Telaga terbentuk dari peristiwa alam yaitu dari aktifitas gunung
berapi, yang sedemikian hingga membentuk sebuah kawah. Kemudian setelah gunung
berapi meletus kawah tersebut sudah tidak aktif lagi sebagai tempat penampungan
lava panas dari magma gunung berapi sehingga kawah tersebut hanya menampung air
hujan atau dari sumber mata air lainnya.
Di dalam gunung
berapi salah satunya memiliki unsur kandungan yang disebut sebagai belerang.
Belerang memiliki simbol S (Sulfur) dengan nomor atom 16 dan memiliki nomor
masa 32. Belerang memiliki efek terhadap perubahan warna yang terjadi di dalam
air karena di dalam telaga, belerang akan bercampur dengan lumut dan tumbuhan–tumbuhan
lunak di dalamnya. Sehingga ketika terkena sinar matahari air tersebut dapat
berubah warna karena di dalamnya mengandung unsur belerang.
Berdasarkan
dasar pemikiran yang telah dipaparkan di atas maka kami tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor
Penyebab Perubahan Warna Air di Telaga
Warna Kawasan Pegunungan Dieng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah yang dibahas oleh peneliti adalah “Apa yang menyebabkan warna air
telaga di pegunungan Dieng dapat berubah-ubah?”
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan
dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti menetapkan tujuan penelitiannya
adalah ingin mengetahui faktor-faktor penyebab warna air di telaga pegunungan Dieng
dapat berubah–ubah.
D.
Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti menggunakan metode deskriptif.
Metode
deskriptif ialah suatu metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
deskriptif untuk menggambarkan fenomena yang ada. Tujuan utama penelitian
deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang
diteliti secara tepat.
2.
Teknik
Pengumpulan Data
a.
Observasi
Observasi adalah
objek, kejadian, atau fenomena tertentu. Kejadian observasi itu dilakukan
dengan terjun langsung atau melibatkan diri kedalam objek, peristiwa, dan
fenomena yang diamati. Proses observasi haru dilakukan dengan sadar(terencana)
dan terukur. Teknik pengumpulan data berupa observasi untuk mengumpulkan data
berupa foto-foto dan pengamatan langsung yang dilakukan peneliti.
b.
Wawancara
Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber yaitu pemandu wisata “tourguide
wisata” Dieng yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara penyusunan karya
tulis. Untuk memperlancar teknik wawancara, peneliti telah menyusun daftar
pertanyaan dan jawaban yang terkait dengan objek penelitian (bukti tanya-jawab
terlampir).
c.
Analisis
Media Masa
Teknik
pengumpulan data yang terakhir berupa kajian atau studi pustaka yang dilakukan
peneliti dengan cara mengunduh file-file dari alamat-alamat WEB di internet.
Selain itu peneliti juga melakukan kajian dari beberapa buku sumber, baik yang
terdapat di perpustakaan sekolah ataupun buku-buku milik pribadi.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Jenis Dan Bentuk Kawah
Akibat Erupsi Gunung Berapi
Bentuk Muka Bumi Akibat
Tenaga Vulkanik-Aktivitas vulkanik berkaitan dengan keberadaan magma
di dalam Bumi. Isi Bumi yang berbentuk cair ini mengandung batuan dan gas
dengan suhu yang sangat tinggi. Oleh karena suhu yang sangat panas membuat
magma bergejolak hingga mampu meretakkan, menggeser, dan menyusup ke lapisan
Bumi diatasnya.
Gejala vulkanik terjadi karena penyusupan magma. Aktivitas magma tersebut
mampu mengubah bentuk muka Bumi menjadi berbagai bentuk, sekaligus memengaruhi
kehidupan manusia. Salah satu akibat kegiatan vulkanik adalah gunung api,
yang mempunyai bentuk kerucut. Pada sisi lerengnya terdapat jurang-jurang yang
merupakan jalan air atau lava menuju lembah. Kebanyakan gunung di Indonesia
berupa gunung api.
1. Aktivitas
Magma
Gunung api terbentuk oleh proses intrusi dan ekstrusi magma dari lapisan
dalam kulit Bumi. Setelah sampai di permukaan Bumi, magma pijar yang keluar
kemudian membeku dan membentuk timbunan. Magma keluar melalui proses letusan
atau erupsi gunung api. Apabila erupsi sering terjadi, magma akan membentuk
lapis-lapis timbunan yang membuat gunung api bertambah semakin tinggi.

Gambar 2.0: Erupsi Gunung Berapi
a. Intrusi Magma
Intrusi magma atau disebut juga plutonisme, merupakan pergerakan magma
memasuki celah-celah kulit bumi, namun tidak sampai naik ke permukaan. Intrusi
magma dapat menyebabkan terbentuknya bagian-bagian bumi sebagai berikut:
1)
Keping intrusi atau sill yakni magma beku
yang bentuknya lebar namun tipis, mendatar berada di antara lapisan sedimen.
2)
Batolit,
yakni dapur magma beku yang tidak beralas.
3)
Lakolit, yakni magma yang berada di antara
dua lapisan batu dengan bentuk cembung dengan alas mendatar.
4)
Korok atau gang, yakni magma beku
yang posisinya memotong lapisan sedimen secara vertikal.
5)
Apofisa,
yakni cabang atau gumpalan dari korok.
![]() |
Gambar 2.1: Erupsi Gunung Berapi
b. Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma merupakan pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan
bumi. Kita dapat menyaksikan peristiwa alam ini melalui letusan gunung berapi.
Ekstrusi magma berdasarkan materi yang dikeluarkan dibedakan menjadi tiga
yaitu:
1)
erupsi eksplosif, yakni keluarnya magma dengan cara
terlempar dengan materi relatif padat,
2)
erupsi effusif, yakni magma keluar dengan cara
meleleh dan bentuk materi cair, dan
3)
erupsi campuran, yakni keluarnya materi padat dan
materi cair secara bergantian.
Peristiwa vulkanisme dapat mengubah kulit bumi sehingga terdapat bentuk
permukaan bumi yang seperti cekungan. Pada gunung berapi, cekungan ini akan
berbentuk seperti mangkuk yang menampung lava, kita menyebutnya kawah.
Kawah yang tidak terdapat di puncak gunung dan berukuran sangat luas disebut kaldera.
Berdasarkan tempat keluarnya magma ke permukaan bumi proses ekstrusi atau
erupsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a.
![]() |
Erupsi sentral, yaitu magma keluar dengan cara memusat pada sebuah titik seperti kawah atau kepundan gunung api.
Gambar 2.2:
Erupsi Sentral
b.
Erupsi
linear, yaitu magma keluar melewati jalur patahan tanah yang memanjang
sehingga tampak seperti garis yang memanjang.

Gambar 2.3: Erupsi Linear
c.
![]() |
Erupsi areal, yaitu magma keluar ke permukaan bumi di areal yang luas karena dapur magmanya sangat dangkal.
Gambar 2.4: Erupsi Areal
B.
Perubahan Warna Air di Telaga
Telaga warna terbentuk akibat dari proses alamiah
yang merupakan bentukan dari alam itu sendiri. Telaga terbentuk dari peristiwa
alam yaitu dari aktifitas gunung berapi, yang sedemikian hingga membentuk
sebuah kawah. Kemudian setelah gunung berapi meletus kawah tersebut sudah tidak
aktif lagi sebagai tempat penampungan lava panas dari magma gunung berapi
sehingga kawah tersebut hanya menampung air hujan dan atau dari sumber mata air
lainnya.
Di dalam gunung berapi salah satunya
memiliki unsur kandungan disebut sebagai belerang. Belerang memiliki simbol S
(Sulfur) dengan nomor atom 16 dan memiliki nomor masa 32. Belerang memiliki
efek terhadap perubahan warna yang terjadi di dalam air karena di dalam telaga,
belerang akan bercampur dengan lumut dan tumbuhan–tumbuhan lunak di dalamnya.
Sehingga ketika terkena sinar matahari air tersebut dapat berubah warna karena
di dalamnya mengandung unsur belerang.
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, kami telah mendapatkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan warna air di Telaga Warna sebagai berikut:
1.
Faktor kandungan
unsur belerang dalam air telaga.
2.
Jenis dan
keberadaan tumbuhan lumut yang terdapat dalam telaga.
3.
Intensitas sinar
matahari.
B. Pembahasan
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur
non logam yang tidak berasa. Belerang dalam bentuk aslinya adalah sebuah zat
padat kristalin kuning. Dialam belerang dapat di temukan sebagai unsur murni
atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Belerang adalah unsur penting
untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Salah satu penggunaan umum
belerang adalah dalam pupuk. Selain itu, belerang juga digunakan dalam bubuk
mesiu, korek api, insektisida dan fungisida. Senyawa ini merupakan gas beracun
dengan bau menyengat yang dilepaskan oleh gunung berapi dan beberapa pemrosesan
Industri. Karena batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa belerang,
hasil pembakarannya juga menghasilkan gas belerang dioksida walaupun senyawa
belerangnya telah dipisahkan dulu sebelum di bakar. Oksidasi lanjut dari SO2
dibantu oleh katalis seperti NO2, akan membentuk H2SO4,
sehingga akan membentuk hujan asam. Belerang dipercaya memiliki banyak manfaat
untuk kulit, zat yang ada pada belerang bukanlah zat kimia yang dapat
membahayakan kulit, melainkan mineral alami yang sangat baik untuk kesehatan
kulit. Kandungan mineral pada belerang sama dengan mineral yang terdapat pada
air yang bersumber pada mata air pegunungan. Karena belerang terdapat didalam
dasar air, sehingga ketika belerang yang ada didalam air yang terkena sinar
matahari, warna air itu akan berubah.
Proses
reaksi belerang: S + O2 Ã SO2Ã H2SO4
Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan
tumbuhan kecil yang termasuk dalam bryophytina lumut. Tumbuhan ini sudah
menunjukan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik
namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar organ penyerap haranya adalah rizoid
(serupa akar). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut
merupakan tumbuhan pelopor yang tumbuh disuatu tempat sebelum tumbuhan lain
mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi
membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang
mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem
sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai
spons), dan sebagai penyerap polutan. Tumbuhan ini juga dikenal sebagai
tumbuhan perintis, mampu hidup dilingkungan yang kurang disukai tumbuhan pada
umumnya. Manfaat tumbuhan lumut sebagai ornamen tata ruang. Tumbuhan lumut yang
tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir
dan mampu menyerap air pada musim kemarau. Tumbuhan lumut juga dapat
menyebabkan warna air telaga berubah-ubah karena tersinari oleh matahari.
Proses reaksi fotosintesis tumbuhan
lumut:
Sinar matahari atau radiasi matahari
adalah sinar yang berasal dari matahari. Tanaman menggunakan cahaya matahari
untuk berfotosintesis dan membuat makanan. Tanpa cahaya matahari takan ada
kehidupan di bumi. Tanaman memerlukan cahaya matahari tumbuhan hijau. Dengan
air tanpa cahaya matahari, tanaman akan tumbuh dengan cepat, namun akan
terlihat kuning dan kekurangan air, meskipun saat disentuh, daunnya teraba amat
basah. Sinar matahari juga dapat mengakibatkan seolah-olah warna dalam air
berubah-ubah.
Temperatur
air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme dari makhluk
hidup air (Djangkaru, 1974). Welch (1952) mengatakan bahwa kisaran temperatur
yang dapat ditolerir oleh organisme akuatik adalah 20 – 30 °C. Berdasarkan
hasil pengukuran, didapatkan bahwa temperatur air berkisar antara 26 – 28 °C,
temperatur yang diperoleh tersebut tergolong sangat baik untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan ikan nila gift. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rachmatun (1993), bahwa temperatur yang optimal untuk ikan nila gift adalah 25
– 30 °C. Susanto (1991) menambahkan bahwa perbedaan temperatur antara siang dan
malam tidak boleh melebihi 5 °C, apalagi jika sampai mendadak atau drastis,
ikan akan mengalami stress dan akibatnya nafsu makannya berkurang.
Toleransi organism terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti misalnya aktivitas fotosintesa dan biologi, suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya anion dan kation, jenis dan stadia organisme. Jenis-jenis Celeptera merupakan taksa yang mampu hidup pada tempat yang mempunyai kisaran pH yang lebar (Hawkes, 1979). Selain melihat kelimpahan dari plankton, tempat tersebut dapat dilihat dari spesies ikan yang hidup didaerah tersebut karena Ikan dapat bertahan hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH tinggi) dengan pH 5-9.
Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor yang mempengaruhi komunitas perairan. Oksigen terlarut dalam air merupakan penambahan oksigen dalam air lalu tercampur dan membentuk O2 terlarut didalam perairan tersebut. Secara umum organisme bentos tidak dapat hidup dengan kadar rendah, kecuali cacing tubifek dan larva nyamuk. Kandungan terlarut yang rendah akan mereduksi jumlah spesies invertebrate. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk biota air minimal sebesar 5 ppm (Ismail dan Mohanimed, 1992 dalam Akhirani, 2004). Kandungan O2 terlarut yang rendah dalam perairan dapat mengakibatkan stres fisiologik pada biota perairan, sehingga meningkatkan aktivitas respirasi, sedangkan kandungan O2 terlarut yang tinggi dalam perairan dapat mengakibatkan ion - ion logam bebas yang terlarut dalam air akan lebih banyak terbentuk (Connel & Miller, 1995). Selain melihat kelimpahan dari plankton, tempat tersebut dapat dilihat dari spesies ikan yang hidup didaerah tersebut karena Ikan dapat bertahan hidup di perairan dengan Kandungan oksigen (O2) terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan ikan adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran adalah 9-20 ppm.
Warna
air di telaga warna pegunungan dieng terdapat dua macam warna yang timbul,
diantaranya:
1. Warna
hijau
Warna
hijau terjadi akibat, di dalamnya terdapat tumbuhan lumut yang sangat banyak
dan sinar matahari yang kurang terik.
2. Warna
biru
Warna
biru terjadi karena, di dalamnya terdapat tumbuhan lumut yang sedikit dan sinar
matahari yang kurang terik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil rumusan masalah
kami dapat menyimpulkan bahwa perubahan warna air pada telaga warna Dieng
akibat dari beberapa faktor alam, diantaranya: faktor kandungan belerang dalam
air telaga warna Dieng yang menyebabkan warna air berwarna kuning, faktor jenis
dan keberadaan tumbuhan lumut pada telaga warna Dieng karena tumbuhan lumut
banyak jenisnya dan seberapa banyak tumbuhan lumut itu akan menyebabkan warna
air berubah-ubah, dan faktor intensitas sinar matahari karena sinar matahari
sangat mempengaruhi perubahan warna air pada telaga warna Dieng, jika sinar
matahari kurang menyengat tidak akan ada perubahan warna yang sangat jelas.
B.
Saran
Sehubungan dengan
penelitian ini data yang didapatkan dari narasumber (pemandu wisata) masih
dipandang kurang lengkap menurut peneliti.
Maka kami menyarankan
untuk peneliti selanjutnya tidak hanya menanyakan pada pemandu wisata saja, bisa
kepada narasumber yang terkait dengan objek penelitian atau dari pihak-pihak
yang terkait dan dari perhutani di wilayah Wonosobo.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=jenis+bentuk+kawah+akibat+erupsi+gunung+berapi&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh tanggal 15 februari 2015
http://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Warna_%28Dieng%29 diunduh pada
tanggal 15 februari 2015
http://geograficakrawala.blogspot.com/p/gejala-vulkanisme.html diunduh pada tanggal 25 februari
2015
http://Id.m.wikipedia.org/wiki/belerang_dioksida. Diunduh pada tanggal 25 februari
2015
Irwan, D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan
Organisasi Ekosistem & Komunitas Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
http://Id.m.wikipedia.org/wiki/Belerang, diunduh
tanggal 16 april 2015
http://Perawatan-kulit.com/mengenal-manfaat-belerang-untuk-kulit,diunduh tanggal 16 april 2015
http://id.m.wikipedia.Org/wiki/tumbuhan_lumut, diunduh
tanggal 16 april 2015
http://id.m/wikipedia.Org/wiki/sinar_matahari, diunduh
tanggal 16 april 2015
LAMPIRAN

Gambar 2.5: Gambar Warna Air Di
Telaga Warna

Gambar 2.6: Gambar Telaga Warna Dieng
No comments:
Post a Comment