CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
1.
Cairan tubuh
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50% - 60%
dari berat badan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tepat dalam berespon
terhadap stersor fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh terbagi menjadi 2
kompartemen, yaitu :
Cairan Intraseluler
Cairan intraseluler terdiri dari 40% dari berat
badan orang dewasa atau 70% total cairan.
Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari berat
badan orang dewasa atau 30% dari total cairan tubuh. Cairan ektraseluler
terdiri dari cairan intravaskuler dan intervisial. Cairan intravaskuler atau
plasma merupakan cairan dari komponen darah. Cairan intervisial adalah cairan
yang terdapat pada jairngan sel dan limpa. Cairan total tubuh (total body
water) atau TBW/TBF adalah jumlah total cairan yang dikeluarkan peresentase
dari berat badan.
1. Elektrolit
Adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang
terdapat pada cairan. Ion-ion positif disebut kation dan ion-ion negatif
disebut anion. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliquivalent
(mEq). Satu milliquivalent adalah aktivitas secara kimia dari 1 mg dari
hidrogen.
1.1 Cara
perpindahan cairan
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam
cairan; gas, atau zat pada secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi
bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh proses difusi air,
elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang bermeabel.
Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul,
konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibandng molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari laruatn
berkonsentrasi tinggi ke laruran yang berkonsentrasi rendah. Larutan dengan
konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul sehingga proses
difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat kelarutan lain
yang melalui membran semipermeabel terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang
kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat
pelarut, sedangkan solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedangkan
garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan
cairan ekstra dan intra sel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan
larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting
dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis
larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan didalamnya dimasukan sel darah
merah maka larutan yang memiliki kepekatan sama yang akan seimbang dan
beridifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik,
karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem
vaskuler. Larutan isothonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama
dengan larutan yang dicampur. Larutan hiptonik mempunyai kepekatan lebih rendah
dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan
larutan dengan kepekatan rendah kelarutan yang kepekatannya lebih tinggi
melalui membran semi vermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah
volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi
akan bertambah volumenya.
3. Transport
aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan
mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerakan zat yang akan
berdifuai dan berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam
cairan intra dan ekstra sel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor
yakni tekanan cairan dan membran semi permeabel.
a. Teakanan
cairan
Proses
difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Prosees osmotik juga
menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membran. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi
maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat
bergabung, larutan tersebut disebut koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai
kepekatan yang sama dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut kristaloid.
Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid
adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan
cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik
ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena
mempunyai konsentrasi yang ssma dengan plasma darah. Hal ini penting untuk
mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena
yang hipotonik, yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding
dengan konsentrasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekaanan osmotik plasma
akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial,
karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan
interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan
koloid yang sulit menembus membran semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah
kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini
penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
b. Membran
semi permeabel
Merupakan penyaring
agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeabel ini
terdapat pada didinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
1.2
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
1. Usia
Kebutuhan
intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak
lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan
fungsi ginjal atau jantung.
2. Suhu
Lingkungan
Orang
yang tinggal didaerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembapan udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dn elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktivitas dilingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet
seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4. Stres
Stres
dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Sakit
Kondisi
sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, misalkan :
1. Trauma
seperti luka bakar akan meningkat kehilangan air melalui IWL
2. Penyakit
ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh.
3. Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuh memenuhinya secara mandiri.
1.3 Pemantauan
Intake dan Output
1. Intake
Cairan
Selama
aktivitas dan temperatur yang sedang seseorang dewasa minum kira-kira 1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan dan oksidasi selama
proses metabolisme pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme
haus.
Pusat
haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan
kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang
terjadi secara sendiri. Sensai haus akan segera hilang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh gastroientestinal.
2. Output
cairan
Kehilangan cairan tubuh
melalui empat fase (proses) yaitu :
a. Urin
Proses pembentukan urin
oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urin sekitar 1400-1500 ml
per 24 jam atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas
kelenjar keringat meningkat maka produksi urin akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL
(Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui
paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang dewasa
normalnya kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml
per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi
sebagai respon terhdap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impuls di transfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui
feses berkisar antara 100-200 ml per hari yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
1.4 Mengukur
intake dan output
Adalah
suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan
mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output).
Tujuannya
yaitu menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien dan menentukan tingkat
dehidrasi klien.
Tindakan
Untuk Mengatasi Masalah/Ganguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Pemberian
Cairan Melalui Infus
Pemberian
cairan melalui infus merupakan tindakan kebidanan yang dilakukan pada pasien
dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan perangkat infus,
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai
tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
Alat
dan Bahan:
1. Standar
Infus
2. Perangkat
infus
3. Cairan
sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Jarum
infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
5. Penglas
6. Tourniquet/pembendung.
7. Kapas
alkohol 70%
8. Plaster
9. Gunting
10. Kasa
stelir
11. Betadine
12. Sarung
tangan
Prosedur Kerja:
1. Cuci
tangan
2. Jelaskan
prosedur yang akan di lakukan
3. Hubungkan
cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus (cairan)
4. Isi
cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
bagian ruang tetesan terisi sebagaian dan buka penutup hingga selang terisi dan
keluar udaranya.
5. Letakkan
pengalas nya
6. Lakukan
pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan
sarung tangan
8. Desinfeksi
daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan
penusukan dengan arah jarum ke atas
10. Cek
apakah sedah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum
infus/abocath
11. Tarik
jarum infus dan hubungan dengan selang infus
12. Buka
tetesan
13. Lakukan
desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kas steril
14. Beri
tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester
15. Catat
respons yang terjadi
16. Cuci
tangan
Cara
Menghitung Tetesan Infus :
a. Dewasa
Tetesan/menit = jumlah
cairan yang masuk
Lamanya infus (jam) X 3
Contoh
:
Seorang
pasien dewasa deperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam satu jam maka
tetesan permenit adalah :
Jawab
: jumlah tetesan/menit = 1000 = 20 Tetes/ menit
1 X 3
b.
Anak
Tetesan/menit
(mikro) = jumlah cairan yang masuk = 20 tetes/menit
Lamanya infus (jam)
Contoh :
Seorang pasien yang notus diperlukan
rehidrasi dengan 250 dalam dua jam, maka tetesan permenit adalah ?
Jawab
: jumlah tetesan (mikro) = 250 = 125 tetes/menit
2
Casino site review for 2021 - Lucky Club
ReplyDeleteCasino: With all the info we have about the best casino sites, we can tell you that you are sure that it is safe luckyclub and reliable. We