Monday, 8 May 2017

cairan dan elektrolit


CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Cairan tubuh
Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50% - 60% dari berat badan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tepat dalam berespon terhadap stersor fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh terbagi menjadi 2 kompartemen, yaitu :
Cairan Intraseluler
Cairan intraseluler terdiri dari 40% dari berat badan orang dewasa atau 70% total cairan.
Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstraseluler terdiri dari 20% dari berat badan orang dewasa atau 30% dari total cairan tubuh. Cairan ektraseluler terdiri dari cairan intravaskuler dan intervisial. Cairan intravaskuler atau plasma merupakan cairan dari komponen darah. Cairan intervisial adalah cairan yang terdapat pada jairngan sel dan limpa. Cairan total tubuh (total body water) atau TBW/TBF adalah jumlah total cairan yang dikeluarkan peresentase dari berat badan.
1.      Elektrolit
Adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Ion-ion positif disebut kation dan ion-ion negatif disebut anion. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliquivalent (mEq). Satu milliquivalent adalah aktivitas secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
1.1  Cara perpindahan cairan
1.      Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan; gas, atau zat pada secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membran. Dalam tubuh proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler yang bermeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibandng molekul kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari laruatn berkonsentrasi tinggi ke laruran yang berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2.      Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat kelarutan lain yang melalui membran semipermeabel terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedangkan solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedangkan garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intra sel.

Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda, dan didalamnya dimasukan sel darah merah maka larutan yang memiliki kepekatan sama yang akan seimbang dan beridifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskuler. Larutan isothonik merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hiptonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah kelarutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membran semi vermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3.      Transport aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transport aktif. Transport aktif merupakan gerakan zat yang akan berdifuai dan berosmosis. Proses ini penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstra sel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan membran semi permeabel.
a.       Teakanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Prosees osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut koloid. Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat bergabung, maka larutan tersebut disebut kristaloid. Sebagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam. Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena bersifat isotonik karena mempunyai konsentrasi yang ssma dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena yang hipotonik, yaitu larutan yang mempunyai konsentrasi kurang pekat dibanding dengan konsentrasi plasma darah. Hal ini menyebabkan tekaanan osmotik plasma akan lebih besar dibandingkan dengan tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih besar dibanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan terbentuk larutan koloid yang sulit menembus membran semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

b.      Membran semi permeabel
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeabel ini terdapat pada didinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat diseluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.

1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
1.      Usia
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

2.      Suhu Lingkungan
Orang yang tinggal didaerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembapan udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dn elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktivitas dilingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3.      Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

4.      Stres
Stres dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.


5.      Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, misalkan :
1.      Trauma seperti luka bakar akan meningkat kehilangan air melalui IWL
2.      Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3.      Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuh memenuhinya secara mandiri.

1.3  Pemantauan Intake dan Output
1.      Intake Cairan
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seseorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses metabolisme pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.
Pusat haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensai haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastroientestinal.
2.      Output cairan
Kehilangan cairan tubuh melalui empat fase (proses) yaitu :
a.       Urin
Proses pembentukan urin oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urin sekitar 1400-1500 ml per 24 jam atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urin akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b.      IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada orang dewasa normalnya kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c.       Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhdap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impuls di transfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.      Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

1.4  Mengukur intake dan output
Adalah suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output).
Tujuannya yaitu menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien dan menentukan tingkat dehidrasi klien.
Tindakan Untuk Mengatasi Masalah/Ganguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1.      Pemberian Cairan Melalui Infus
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan kebidanan yang dilakukan pada pasien dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan perangkat infus, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.


Alat dan Bahan:
1.      Standar Infus
2.      Perangkat infus
3.      Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
4.      Jarum infus/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran.
5.      Penglas
6.      Tourniquet/pembendung.
7.      Kapas alkohol 70%
8.      Plaster
9.      Gunting
10.  Kasa stelir
11.  Betadine
12.  Sarung tangan

Prosedur Kerja:
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3.      Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus (cairan)
4.      Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga bagian ruang tetesan terisi sebagaian dan buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya.
5.      Letakkan pengalas nya
6.      Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7.      Gunakan sarung tangan
8.      Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9.      Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10.  Cek apakah sedah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infus/abocath
11.  Tarik jarum infus dan hubungan dengan selang infus
12.  Buka tetesan
13.  Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kas steril
14.  Beri tanggal, dan jam pelaksanaan infus pada plester
15.  Catat respons yang terjadi
16.  Cuci tangan

Cara Menghitung Tetesan Infus :
a.       Dewasa
Tetesan/menit = jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam) X 3
Contoh :
Seorang pasien dewasa deperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam satu jam maka tetesan permenit adalah :
Jawab : jumlah tetesan/menit = 1000 = 20 Tetes/ menit
 1 X 3
b.      Anak
Tetesan/menit (mikro) = jumlah cairan yang masuk = 20 tetes/menit
       Lamanya infus (jam)
Contoh :
Seorang pasien yang notus diperlukan rehidrasi dengan 250 dalam dua jam, maka tetesan permenit adalah ?
Jawab : jumlah tetesan (mikro) = 250 = 125 tetes/menit
       2

1 comment:

  1. Casino site review for 2021 - Lucky Club
    Casino: With all the info we have about the best casino sites, we can tell you that you are sure that it is safe luckyclub and reliable. We

    ReplyDelete